Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) mensinyalir banyak pelanggan BlackBerry 10 yang berhasil mengaktifkan BlackBerrynya tanpa berlangganan paket data.
"Umumnya tagihan pelanggan tersebut jadi sangat membengkak karena pemakaian datanya berdasarkan kilobyte lagi, bukan berdsarkan paket data BIS. Umumnya pelanggan seperti ini dulunya merupakan pelanggan BBOS 7 yang bermigrasi ke BB10," kata anggota BRTI Muhammad Ridwan, Jumat (10/1).
Menurut dia, banyak aduan lonjakan tagihan karena kasus seperti ini dan vendor asal Kanada itu harus mengganti kerugian semua pelanggan yang dirugikan, bukan hanya sekedar yang mengadu.
Seperti diketahui, pelanggan BB10 harus mengganti paket datanya dari BIS ke paket data kuota dari operator telekomunikasi masing-masing. Umumnya pelanggan banyak yang tidak tahu dan begitu mengaktifkan BB10 langsung bisa.
Sehingga, tagihan pelanggan yang masih menggunakan nomor lama tapi bermigrasi ke BB10 menjadi melonjak karena pembayaran akses datanya dihitung per-kb, tidak ada kuota atau pun layanan unlimited.
Dalam BlackBerry 10 sudah tak mengenal lagi BlackBerry Internet Service (BIS) sehingga paket datanya diserahkan kepada masing-masing operator yang berbasis kuota volume bandwidth.
Dari perspektif bisnis, pada BIS, vendor asal Kanada lah yang mengeruk pendapatan dari paket data, sedangkan pada BB 10, giliran operator yang mendapatkan jatah pembayaran akses datanya.
Dari sisi pelanggan, dengan BIS pelanggan merasa aman untuk berselancar di dunia maya, chatting, dan email sepuasnya tanpa khawatir tagihan membengkak. Sedangkan pada BB 10, seperti smartphone lainnya, tagihan bisa sangat membengkak, terutama bila pengguna sering mendapatkan email yang berisi attachment besar, atau kiriman file atau gambar pada instant messaging.
Itulah salah satu hal mengapa BB seri 10 kurang diminati para pecinta BlackBerry lama.
Pengguna BB lama yang ingin berpindah ke BB 10 harus mendaftarkan paket data baru ke operator yang bersangkutan, harus ke Galeri, atau Grapari, atau lainnya yang tentunya membuat malas para pengguna BlackBerry lama.
Merdeka.com